Bacaan Q.S Al-Fatihah ayat 1-7 :
Bacaan Latin Q.S Al-Fatihah ayat 1-7 :
- Bismilla hirrahma nirrahim.
- Alhamdulillahi rabbil 'alamin.
- Arrahma nirrahim.
- Maliki yaumiddin.
- Iyyaka na'kbudu waiyyaka nasta'in.
- Ihdinassiratal mustaqim.
- Siratal lazina an'amta'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladdhalin.
Arti Q.S Al-Fatihah ayat 1-7 :
- Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
- Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
- Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
- Yang menguasai di Hari Pembalasan.
- Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
- Tunjukilah kami jalan yang lurus,
- (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Tafsir dan Isi Kandungan Q.S Al-Fatihah ayat 1-7 :
Para sahabat dan orang-orang sesudahnya sepakat yang menetapkan basmalah didalam mushaf, yaitu pada awal setiap surat, selain surat al-Taubah/Bara’ah, disertai perintah agar menjauhi segala sesuatu yang tidak termasuk al-Qur’an. Dengan demikian mereka agar tidak menulis lafadz amin pada akhirnya surat al-Fatihah.Keterangan yang terdapat dalam berbagai hadis, diantaranya Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya meriwayatkan dari Anas ra. Mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tiba-tiba turun kepadaku sebuah surat, maka ia membaca bismillahirrahmanirrahim. Selanjutnya Abu Daud dan Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak mengetahui akhir sebuah sirat hingga kepadanya turun bismillahirrahmanirrahim. Kemudian al-Daruquthni dari Abi Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyatakan jika kamu memmbaca Alhamdulillah, maka bacalah bismillahirrahmanirrahim, karena al-Fatihah itu merupakan Ummu al-Qur’an, al-Sab’u al-Matsani dan bismillahirrahmanirrahim merupakan salah satu ayat surat al-Fatihah.
Surat Al Fatihah meskipun singkat, namun mengandung banyak pengetahuan. Di dalamnya terdapat tiga tauhid yang diperintahkan; tauhid rububiyyah (dari ayat "rabbil 'aalmiin"), tauhid uluhiyyah (dari ayat "iyyaaka na'budu") dan tauhid asmaa' wash shifat dengan menetapkan semua sifat sempurna bagi Allah yang telah ditetapkan oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh ayat "Al Hamdulillah", karena nama-nama dan sifat-sifat Allah semuanya terpuji dan merupakan pujian bagi Allah Ta'ala.
Demikian juga menetapkan kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang diambil dari ayat "Ihdinash shiraathal mustaqiim", karena jalan yang lurus tersebut adalah jalan yang diterangkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Surat ini juga menetapkan adanya jazaa' (pembalasan amal) dan bahwa hal itu dilakukan dengan adil berdasarkan ayat "Maaliki yaumiddiin". Surat ini juga menguatkan Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah tentang masalah qadar, yakni bahwa semua terjadi dengan qadar Allah dan qadhaa'-Nya, dan bahwa seorang hamba melakukan perbuatannya secara hakikat; tidak dipaksa dalam berbuat. Hal ini dapat diketahui dari ayat "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin". Surat ini juga menerangkan pokok kebaikan, yaitu ikhlas, sebagaimana diambil dari ayat " Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin".
Karena surat ini begitu agung dan mulia, Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya membacanya di setiap rak'at dalam shalat mereka baik shalat fardhu maupun sunat. Di surat tersebut Allah mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya bagaimana mereka memuji dan menyanjung-Nya, lalu mereka meminta kepada Tuhan mereka segala yang mereka butuhkan. Di surat ini pun terdapat bukti butuhnya mereka kepada Tuhan mereka, baik butuhnya hati mereka dipenuhi rasa cinta dan pengenalan kepada-Nya dan butuhnya mereka agar dibantu dalam menyelesaikan urusan mereka serta diberi taufiq agar dapat mengabdi kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar